<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d32365210\x26blogName\x3dmakassar.info.ms\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://daeng-baco.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://daeng-baco.blogspot.com/\x26vt\x3d6468943205520811465', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

makassar.info.ms

info seputar kota makassar

350.780 Penduduk Makassar Miskin


MAKASSAR -- Ada kabar buruk yang diungkapkan Kepala Badan Pengembangan Masyarakat (BPM) dan Keluarga Berencana Makassar, Syahrir Sappaile. Dia mengatakan, jumlah masyarakat miskin di Makassar mencapai 70.156 KK (Kepala Keluarga) atau 350.780 jiwa. Itu berarti secara persentase, jumlah warga miskin di Makassar mencapai 30 persen.
Jumlah tersebut merupakan data terakhir 2006. Padahal, jumlah tahun lalu (2005), masyarakat miskin di Makassar hanya 60 ribu KK.

Dia mengatakan, jumlah tersebut tersebar di 14 kecamatan di Makassar, terdiri dari; Kecamatan Mariso 3.785 jiwa, Mamajang (4.181), Tamalate (9.392), Rappocini (7.184), Makassar (7.057), Ujungpandang (724), Wajo (991), Bontoala (2.652), Ujung Tanah (5.390), Tallo (10.438), Panakkukang (5.638), Manggala (4.721), Biringkanaya (6.057) dan Tamalanrea (1.945).

"Kecamatan yang paling banyak memiliki masyarakat miskin adalah Kecamatan Tallo. Ini sangat memprihatinkan kami sebagai pemerintah. Karena kemiskinan di wilayah tersebut berdampak pada kekurangan gizi pada generasi muda di wilayah tersebut," jelas Syahrir.

Menurutnya, jumlah masyarakat miskin tersebut telah diverifikasi dari berbagai pihak, termasuk Badan Pusat Statistik (BPS) Makassar. Karena ada beberapa hal yang menjadi barometer untuk menetapkan warga masuk kategori miskin.

"Di antaranya, penghasilannya di bawah Rp400 ribu per hari dengan anak di atas dua orang, lantai rumah beralaskan tanah dengan dinding darurat, anak tak sekolah, dan masih banyak lagi," jelas Syharir.
Fenomena lain yang tak bisa dihindari akibat terus berkembangnya masyarakat miskin di Makassar adalah susahnya menghilangkan anak jalanan (anjal) dan gelandangan pengemis (gepeng). "Susah dihilangkan pengemis di Makassar," tambahnya.
Syahrir mengatakan, Pemkot Makassar mengoptimalkan sasaran BLT, bantuan paket sembako, pembersihan lingkungan, pelatihan untuk peningkatan SDM dan sebagainya.

Di Badan Pusat Statistik (BPS) Makassar, data yang dilansir menunjukkan, Kecamatan Ujung Tanah yang didiami sekitar 45.801 jiwa tercatat sebagai kecamatan termiskin pada 2005 lalu.

Indikasinya dapat dilihat pada indikator kesejahteraan rakyat (inkestra) yang memuat aspek kesejahteraan penduduk sebagai dampak kemajuan pembangunan. Parameternya antara lain, kependudukan, pendidikan, kesehatan, pengeluaran per kapita, dan keadaan sosial ekonomi lainnya.

Daerah dengan penduduk terbanyak adalah kecamatan Tamalate dan terendah Ujung Tanah. Relatif kecilnya jumlah penduduk di kecamatan ini disebabkan daya dukung wilayah yang sempit dan padat serta tidak memungkinkan pengembangan. Luas wilayahnya hanya 5,94 kilometer persegi dengan kepadatan penduduk 7.711 jiwa per kilometer persegi.

Kualitas sumber daya manusia (SDM) juga sangat tergantung pada kualitas pendidikan.
Hasil Survei sosial ekonomi daerah (Suseda) 2005 menunjukkan, persentase terbesar penduduk usia 10 tahun ke atas yang belum pernah sekolah terdapat di kecamatan Ujung Tanah yaitu sekitar 7,99 persen. Sementara penduduk yang sedang atau masih sekolah di tingkat perguruan tinggi, Ujung Tanah kembali menempati persentase terkecil yaitu sekitar 1,08 persen. Sebagai perbandingan, persentase terbesar di kecamatan Tamalanrea yaitu sekitar 21,58 persen.

Menurut kepala BPS, Sunaryo, investasi padat modal cenderung menggunakan teknologi tinggi. Tenaga kerja yang dibutuhkan tentu dengan syarat pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan penduduk di kecamatan Ujung Tanah akan kesulitan menyerap lapangan kerja.

Sementara pengeluaran per kapita menunjukkan indeks yang lebih rendah dibanding kecamatan lain, meskipun tidak terpaut jauh, yakni R636.910. Pengeluaran per kapita tertinggi berada pada kecamatan Tamalanrea dan Tamalate. (sumber:harian fajar)
« Home

12:33 AM

banyak banget ya    



» Post a Comment